Apa yang kamu pikirkan tentang September ? Apakah September hanya sekedar nama bulan dalam setahun penaggalan Masehi ? 😉 Yang jelas bagi saya September adalah awal keromantisan musim hujan, aaahh tapi mungkin ngga tepat juga sih karena kadang hujan sudah turun mulai Juli atau Agustus seperti tahun ini…atau mungkin kalau teringat saat masih tinggal di Jerman beberapa tahun lalu, September adalah awal musim gugur yang indah ! Hawa mulai dingin, dan daun – daun berubah warna menjadi kuning, merah, lembayung….aahh, aku selalu menyukai musim gugur, seiring rontoknya dedaunan berwarna-warni yang membuat jalanan menjadi semburat pelangi, deuuuhh sok romantis ! 😀
Salah satu tanggal yang penting yang kuingat adalah tanggal 7 September adalah salah satu hari di awal September yang menyisakan pilu bagi kita semua, meninggalnya Mas Munir di pesawat Garuda dalam perjalanan Jakarta – Amsterdam sepuluh tahun lalu 😦 Siapa tidak kenal almarhum ? Ya, dialah itu yang jadi pejuang mereka yang termarjinalkan, aku mengenalnya sejak di bangku kuliah kala sering diskusi dengan Mas Munir, Mas Dedi dkk di LBH Surabaya. Ahhh, berita sedih itu sampai karena aku dikabari salah seorang sahabat melalui telepon, dan karena belum marak dengan media sosial (meski saat itu sudah ada Friendster, ngacung siapa yang sempat punya akun di medsos ini !) maka sms-lah yang paling efisien dan cepat ! Maka ku-sms-lah beberapa kenalan yang punya pengaruh saat itu mengabarkan tentang meninggalnya Mas Munir, termasuk diantaranya Roy Suryo (ya, dia yang jadi Menpora sekarang ! Aku mengenal Mas Roy saat wawancara di rumahnya di Jogja kala PUPUK – Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil, lembagaku di Surabaya mengadakan penelitian tentang monopoli jaringan telepon oleh PT. Telkom). Tak lama kemudian Mas Roy mengontakku untuk memastikan bahwa berita itu benar (aku tak tahu apa Mas Roy kenal secara pribadi dengan Mas Munir, tapi sebagai tokoh yang berpengaruh di bidang telekomunikasi tentu dia punya kepedulian untuk menyebarkan secara lebih luas berita sedih itu), ketika aku bilang bahwa berita itu benar, Mas Roy pun menyatakan akan menyebarluaskannya, dan akhirnya memang berita mengejutkan ini segera menjadi booming seiring dengan berbagai spekulasi siapa dalang pembunuhan almarhum….
Tapi, sepuluh tahun telah berlalu sejak 2004 silam dan sepertinya dalam pembunuhan itu masih gelap meski Polycarpus (sang pilot Garuda yang diduga terlibat pembunuhan) telah dihukum penjara bertahun-tahun. Publik tidak puas, pun Mbak Suciwati, yang hingga kini menanti keadilan tentang siapa pembunuh suaminya… Dan ternyata, pada tahun 2000 silan Mas Munir penah mendapat penghargaan ‘The Right Livelihood Award’ (RLA, atau lebih dikenal sebagai Hadial Nobel Alternatif), sebuah penghargaan bergengsi tanpa dikotak-kotakkan dengan kategori dimana calon diusulkan dan dinilai oleh panitia yang bekerja sangat efisien. RLA ini di kalangan para aktivis NGO adalah ajang untuk saling menguatkan, terbukti pada tahun 2010 lalu saat RLA telah berusia 30 tahun, panitia menyelenggarakan konferensi besar di Bonn yang dihadiri oleh seluruh pemenang termasuk Vandana Shiva, seorang tokoh lingkungan yang terkenal dari India dimana dia juga salah satu pemenang RLA. Pada saat itu, aku dan dua orang teman dari Indonesia terpilih bersama-sama dengan puluhan mahasiswa muda yang belajar di Jerman (kebetulan sebagian adalah penerima beasiswa DAAD) menjadi generasi muda penerus perjuangan para pemenang RLA tersebut. Di forum itulah aku berjumpa dengan Mbak Suciwati, yang hadir mewakili almarhum suaminya, sungguh luar biasa berjumpa dengan keluarga tokoh Indonesia yang bahkan saat di Indonesia pun kami ngga pernah bertemu 🙂
Tapi tak apalah, yang penting kami kini mengerti bahwa perjuangan memang tidak boleh berhenti demi menegakkan keadilan. Ssstt termasuk dalam hal memakai hijab yang bagi muslimah menjadi kewajiban, dan sungguh ternyata pada bulan September ini pula, tepatnya tanggal 4 September, merupakan Hari Hijab Sedunia yang diperingati untuk menguatkan solidaritas bagi muslimah untuk menggunakan hijabnya dalam kehidupan sehari-hari, di berbagai belahan dunia. Dan aku termasuk beruntung karena selama perjalananku bertahun-tahun di negeri orang dimana kaum muslim adalah minoritas, mereka para kawan dan sahabatku sangat menghormati diriku, alhamdulillah….
Ahh, September….musim hujan di Indonesia akan segera datang dan kita wajib mensyukurinya bahwa anugerah yang Maha Kuasa ini akan menghidupkan tanah dan kesuburannya untuk dimanfaatkan oleh makhluk hidup di sekitarnya 🙂
PoinMasRaya8 – 04092014