Feeds:
Pos
Komentar
Rumah kami di Kandangan, Sayegan, Sleman DIY

Aku menuliskan ini di siang hari yang cerah, diiringi cicit burung yang terdengar nyaring, dengan pemandangan di depan jendela kamar yang penuh dengan hijaunya dedaunan pohon pisang dan pohon kelapa yang melambai menjulang. Ya, kami telah pindah ke Sleman, Jogja ! Bersama suami dan sembilan kucing dijemput seorang kawan baik asal Ngawi yang telah lama tinggal di Jogja, dan putranya yang menyetir mobil dari Depok selama delapan jam akhirnya dengan selamat sampai di rumah ini sebulan lalu. Alhamdulillah, akhirnya setelah berbulan menunggu (karena Pandemi Covid-19 dimana-mana banyak desa dan kampung sangat protektif dengan pendatang baru) usai rumah ini selesai dibangun di bulan Maret lalu, kami bisa menempati hunian impian di tengah hijaunya kebun dan tentu saja setiap hari akan menghirup udara segar yang kalau pagi hari akan mendapatkan sinar matahari yang melimpah !

Sudah sebulan kami tinggal di sini, sudah kenal para tetangga yang tidak segan membantu kami merapikan rumput yang sudah lumayan meninggi setelah tiga bulan rumah kami kosong tiada seorang tukang bangunan yang sementara waktu itu menempati saat pembangunan rumah berlangsung. Dan ya, tentu saja ada banyak ide untuk membuat halaman rumah ini lebih cantik; bikin kebun bunga, kebun sayur, buah-buahan, kolam ikan, dan sebagainya. Pelan-pelan kini sudah mulai tertata, asik banget kan ? Dan pasukan kucing; Tracy, Timy, Milo, Nora, Ma’il, Ciko, Cenil, Lupis, dan Monas plus Miki (kitten titipan tetangga) tentunya bahagia bisa ngejar-ngejar belalang, kupu-kupu, bebas makan rumput kapan saja, bahkan sudah berteman dengan pasukan domba yang suka merumput di kebon ini lengkap dengan dua anjing penjaganya yang kadang emang nakal tapi mereka toh akhirnya kalah dengan kucing-kucing kami, hahaha..mungkin karena kucing-kucing kamilah tuan rumahnya, penguasa kebon ini !

Pemandangan yang kulihat dari jendela kamar saat aku menuliskan cerita ini

Tentu saja semua yang sudah kami miliki sekarang harus kami jaga dalam jangka waktu yang lama, seiring dengan banyaknya peluang dan tantangan yang harus kami hadapi untuk menghidupkan lahan 7 Ha ini menjadi eduwisata kelas dunia ! Mimpi kan ngga boleh setengah-setengah, harus yang tinggi sehingga kita semangat untuk menggapainya, begitu kan ya ? OK, Mamanya Tracy akan cerita lagi ya nanti apa sih yang ada di lahan ini nanti hingga begitu istimewa untuk dijadikan lokasi pembelajaran pada alam sekitar dengan memanfaatkan teknologi. Tiap hari tiada cerita yang terlewat pokoknya, tunggu aja !

Tracy si sulung belang tiga yang sudah ikut Mama pindahan rumah dua kali !

Margodadi, Sayegan, Sleman – 14082020

Foto kami berdua ini berlokasi di Dusun Sentolo Kab. Kulon Progo (DIY), diambil saat libur Hari Natal tahun 2014 dalam suasana cerah bersepeda pagi-pagi bersama Mas Towil, pemilik sepeda kuno berjumlah ratusan yang mengembangkan usaha bersepeda di pedesaan yang notabene adalah di sekitar tempat tinggalnya dengan pemandangan sawah, sungai, rel kereta api dengan latar belakang Perbukitan Menoreh di sebelah barat. Pelanggannya mayoritas adalah para turis mancanegara dari berbagai negara yang ingin mengenal pedesaan di Jawa lengkap dengan kebiasaan masyarakatnya bertani, berkebun, beternak, membuat tempe, kerajinan dll, dan kini pun disediakan kostum ala Jawa ; bekebaya (bagi perempuan) dan berblangkon (bagi laki-laki) yang tentu saja instagramable ! Ah, betapa menyenangkannya punya usaha begitu…bermodal hobi dan kecintaan pada desa tempat kita tinggal maka dengan kreativitas, terciptalah profesi pemandu wisata yang tentu saja dilakukan dengan penuh dedikasi plus berbagi dengan masyarakat sekitar yang dengan senang hati akan membantu menunjukkan kehidupan wajar pedesaan sambil mengambangkan persahabatan dengan mereka para penikmat sepeda dari berbagai negara.

Tidakkah aku pengen punya mimpi seperti itu ? Ya tentu saja pengen bangeeet, tidak harus mencontoh dengan membuat usaha jalan-jalan sambil bersepeda tetapi mengembangkan hobi dan keahlian menjadi sebuah profesi yang unik dan tentu saja mendapatkan penghasilan dari kegiatan itu ! Dan Jogja adalah wilayah yang dari dulu kuimpikan untuk kutinggali, entah kenapa selalu ada magnet untuk kesana, ada kekangenan khusus ketika mendengar kata ‘Jogja’. Banyak hal yang ingin kulakukan di Jogja, sejak dulu…dan perjalanan sekian puluh tahun (dari sejak tahun 1993, dengan beberapa kali selama beberapa bulan tinggal di Jogja untuk bekerja untuk orang/lembaga lain) hingga kini tinggal di Depok Jabar yang butuh perjalanan enam hingga sembilan jam jika naik kereta rasanya sudah cukup untuk meneguhkan kembali mimpi tinggal dan punya usaha di Jogja. Keinginan yang digaungkan ibarat mantra, meski belum spesifik apa yang akan kami lakukan disana, tetapi semua rencana sudah berputar di kepala, tentu saja dengan memanfaatkan berbagai jaringan yang telah dibangun selama ini. Duluuuu aku pernah meninggalkan pekerjaan di Surabaya untuk memulai sesuatu yang baru di Jogja, setelah sekian bulan karena berbagai alasan akhirnya diminta kembali ke Surabaya hingga awal 2009, setelah merantau hampir tiga tahun di Jerman, pulang ke Indonesia tetapi ingin mencari pengalaman baru hidup di Jabodetabek dan akhirnya kesampaian hingga enam tahun dan kini saatnya mulai pelan-pelan mewujudkan mimpi yang dulu ituuu ketika situasi sudah semakin kondusif, modal mimpi pun tak sekedar mimpi. Tinggal berani ngga mewujudkan, atau mesti menunggu sekian tahun lagi ketika kita sudah malas untuk berubah sementara usia semakin bertambah ?

Tentu saja tidak mudah mewujudkan mimpi. Hidup berdua plus delapan ekor kucing yang menjadi tanggungan nyawa tentu harus dipertimbangkan, mencari lahan yang tepat plus usaha yang unik adalah tantangan yang kini mesti dijalani, tetapi dengan semangat mandiri, dengan tetap menempatkan kualitas kehidupan yang lebih baik akan menuntun kami mendapatkan sesuatu yang kami impikan. Jadi, bismillah, diniatkan untuk beribadah dan berbagi rejeki pada orang lain plus makhluk lain, kami akan kembali ke Jogja, biar bisa menikmati jalan-jalan bersepeda santai di pedesaan seperti dulu, biar bisa gampang pulang ke Ngawi (cuma 4 jam perjalanan naik bus atau mobil) dan kalaupun ingin ke mertua di Depok pun ngga begitu jauh dibanding jika sekarang kami tinggal di Depok dan rasanya jauh kalau ingin pulang ke Ngawi hehehe…Dan satu lagi, membangun dari desa adalah impian yang tidak pernah padam !

Doakan kami ya 🙂

DGC, 27072018

Musim Dingin Telah Tiba…

Apa yang kuharapkan dari musim yang sudah terlanjur dingin ini, aoakah merindukan bermain salju seperti di Pegunungan Black Forest hampir dua tahun lalu ? Angin menderu, hujan tiap hari, mendung kelabu atau teriakan pada para bocah kucing-kucing kami agar segera masuk rumah jika gerimis mulai turun ? Tracy, Puput, Pipiiiiiinnn….masuk Nak, jangan main-main di luar teras, sudah hujan tuuhh !! Hahaha…dan para tukang bangunan depan rumah yang sedang direnovasi pun senyum-senyum dengar teriakanku, karena ajaibnya para bocah itu berlarian pulang ke teras dengan kerincingan bunyi kalung di lehernya 😀

Pindah ke rumah baru sejak beberapa bulan lalu, kami merasa beruntung karena sudah merasa homy dengan suasana yang serba cukup. Karena dari rumah mertua yang luas, kamar yang besar dan juga hlaman tempat berlarian kucing, kini kami menempati rumah berlantai dua dengan total luasan tanah hanya 31 M2, kok bisa ? Ya bisalah, dengan kerja keras pula pada awalnya untuk menyortir semua barang kami yang menumpuk di salah satu kamar di rumah mertua yang kami tempat selama tiga tahun ! Mungkin puluhan kilo baju, pernah pernik, buku dan barang-barang lain yang telah kami hibahkan, menyebar ke saudara, kantor dan juga ke tempat pembuangan sampah, hehehe….dan sebagai gantinya kami harus pandai-pandai untuk menahan diri tidak menambah dan menyimpan barang yang tidak berguna di rumah kami yang kecil ini. Semua perabotan benar-benar harus diukur dengan tepat agar tetap leluasa bagi kami untuk bekerja (khususnya suami yang bekerja di depan laptop, progammer soalnyaahhh..) dan juga berisitirahat, bersantai nonton TV sekaligus memasak plus rumah yang nyaman bagi kucing-kucing kami yang plus minus berkisar antara 6 – 9 ekor 😀 Sebagai penyayang kucing dan seringkali menyelamatkan kucing jalanan yang masih kitten atau sakit, mestilah kami pandai-pandai mengatur tata letak barang, tempat pasir, kandang kucing (cuma satu siih untuk kondisi darurat, kalo semuanya sehat ya ngga ada yang masuk kandang), tempat makan dan minum agar mereka nyaman. Dengan menguatkan hati meski kadang terlanjur sayang kami pun harus rela menyerahkan kucing-kucing yang disukai mereka penyayang kucing lain agar diasuh untuk seterusnya karena kami punya keterbatasan dan tidak pula sama tetangga jika kucing terlalu banyak, meski sejauh ini mereka baik-baik saja 😉 Tapiiii jika hujan tiba, masalah memang lebih banyak timbul karena pasir bekas pipis kucing jadi susah kering (dijemur pun harus ingat diambil kalo tiba-tiba hujan !), kucing-kucing jadi terbatas main ke luar rumah..karena kasihan kalo di dalam rumah terus, prinsip saya kucing adalah binatang bebas, boleh main di luar rumah jika sudah disteril dan divaksin jadi aman ngga akan bunting atau membuntingi plus mencegah penyakit datang. Makanan dan minuman selalu ada di teras juga karena untuk para kucing liar yang suka mampir ke rumah dan main-main di komplek kami, jadi sebenarnya mereka juga ngga minta banyak, cuma butuh makan, minum, tempat pup dan pipis yang tidak sembarangan plus naungan jika hujan…PR kami nanti kalau sudah punya rejeki lebih bikin rumah-rumahan nempel di tembok teras buat kucing yang lebih suka di luar rumah kalo malam 🙂

Musim dingin ala Grogol – Cinere Depok memang telah tiba, dan disiplin akhirnya menjadi kunci. Ah, ngga masalah sih selama kompak dengan suami ngurus rumah dan penghuni berkaki empat yang sekarang ada enam yang tidur di rumah (tapi kalo pagi sampe malam Tracy dan Puput main terus di luar) plus tiga ekor yang keliaran dan minta makan minum di teras. Hidup itu memang sederhana kok, sesederhana menuliskan catatan harian tapi entah kenapa setahun lebih kutak menulis juga, terlalu banyak alasan !

Anyway, met istirahat semuanya…besok mesti siap-siap untuk ke Lombok, pulau yang terakhir kali kukunjungi hampir empat tahun lalu, wah ! 😀

D’Golden Cinere Depok – 27112017

Baca, Baca, Nulis, Nulis !!!

Entah kenapa sejak setahun lebih aku belum juga nulis di blog ini, padahal duluuuuu tahun 2004-an deh pas aku masih sibuk-sibuknya jadi direktur di LSM tempat aku bekerja, eh beraktivitas hingga sekarang malah tiap hari aku bisa nulis di blog (dengan alamat yang berbeda : http://www.early.blogdrive.com kalau ngga salah) ! Yaahh, selalulah aku (dalam hari) beralasan ngga ada waktulah, sudah terwakili dengan nulis status di facebook-lah (yang itupun akhir-akhir ini jarang banget juga aku lakukan, palingan menuliskan kometar awal sebuah link yang akan kuposting di dinding akun facebook-ku alias tidak menulis secara utuh pemikiran tanpa harus merujuk langsung dari link artikel dari media online), atau memang sempat berpikir lebih baik berbagi-bagi (eeh, ini kata ulang yang benar ngga sih ?) artikel/berita/cerita orang lain sajalah, yang penting sesuai dengan pemikiran kita dengan dibumbui komentar awal berdasarkan pengalaman kita, karena pada dasarnya aku memang suka berbagi. Betulkah cukup hanya seperti itu ? Dan pertanyaan semacam itu menjadikanku cukup merasa bahwa menulis secara utuh kadang tidak perlu, padahal dulu (dan masih juga siih hingga sekarang) cita-citaku adalah menjadi penulis, selain punya kedai cantik berisi buku-buku dan sesekali ada musik asik (atau klasik) yang dimainkan disana.

Bagaimanapun dunia tulis menulis tidaklah asing bagiku, sejak SD suka mengarah, pas SMP aku sempat jadi penulis naskah drama yang dimainkan oleh teman-teman pramuka (SMP Negeri 2 Ngawi) dalam pementasan drama radio (RKPD Ngawi), sayangnya aku malah ngga ngasih peran bagi diriku sendiri sampe guru pembina pramuka heran, kok bisa ngga mau menonjolkan diri ? (Cieeee). Ya begitulah, kadang aku malas untuk tampil, kadang pula pengen banget tampil, hehehe…kebetulan saja waktu itu aku lagi males, jadi cukuplah jadi penulis skenario drama radio 😀 Lanjuttt, semasa SMA (Al-Islam 1 Solo) aku yang sejak kelas satu sering mengisi artikel di majalah dinding sekolah, dengan beberapa teman mulai menghidupkan lagi ‘karir’ menulisku (tepatnya sebagai jurnalis), dengan menghidupkan lagi nama majalah sekolah (dan aku lupa nama majalahnya itu, hadeuuhh) yang penuh perjuangan karena belum didukung dana dari sekolah, sehingga terpaksa kami berhutang cetak majalah ke kakak kelas yang keluarganya punya usaha percetakan di Solo. Majalah kami sukses karena memang adik-adik kelas kelas satu yang baru masuk tahun ajaran baru diwajibkan beli, hihihi…pihak sekolah pun percaya kami bisa mengelola majalah (horaaayyy !!). Dan tentu saja karena masa SMA cuma tiga tahun ya akhirnya pengelolaan majalah harus diserahkan ke adik-adik kelas. Pada masa itu pun aku sudah mulai menulis puisi-puisi yang sempat pula kubacakan saat lomba di Kantor Pos Solo (sayangnya ngga menang). Puisi menjadi salah satu kegemaranku karena sejak TK dan SD aku sering baca deklamasi (hehehe…itu istilah untuk tampil berpuisi dengan cara menghafal), dan pas SMA pun aku ikutan kegiatan teater, ikutan pentas drama radio di RRI Solo plus tentu saja berpuisi yang sempat pentas di Stadion Sriwedari Solo (doohh tahun berapa itu ya, mungkin 1992). Memasuki dunia kampus, naaahh kumat lagi penyakitku sebagai jurnalis lokal alias ngurusin majalah kampus FE (sekarang namanya FEB : Fakultas Ekonomi dan Bisnis) Universitas Airlangga. Hampir sama dengan kisah jaman SMA, kami beberapa orang seangkatan (FE 93) dan angkatan sebelumnya (FE 92) dibantu angkatan sebelumnya lagi (yaaah kalau kuliah kan masanya lebih lama dibanding SMA, ya ngga ?) lagi-lagi menghidupkan majalah kampus yang sudah tidak terbit selama setahun, namanya SEKTOR. Pernah bahkan pas reporter lainnya banyak yang ujian, harus nyelesaikan tugas makalah dan lain-lain, eeehh tinggal berempat yang ngerjakan majalah itu dan tentu saja cuma aku yang perempuan karena saking sudah cintanya sama majalah kampus, halaahh… 😀 Makanya aku heran juga kenapa akhir-akhir ini males banget nulis lagi, padahal asupan nulis yaitu membaca, itu harus disalurkan melalui tulisan. Jadi memang betul bahwa jika banyak membaca seharusnya membuat kita banyak menulis, karena begitulah ada yang masuk dan yang keluar, dalam hal ini pengetahuan dan ide, karena kalau tidak konon hidup Anda tidak akan seimbang. Nah looohh…

Tapi ya, emang sih dari pengalamanku kalau sudah begitu banyak membaca buku dan hanya dipendam saja sebagai pengetahuan sendiri rasanya kok ngga enak ya ? Makanya itulah mesti banyak nulis juga, ngalir ajalah seperti hari ini yang tanpa rencana pengen nulis dan tiada berhenti hingga beratus kata. Apa makna dari semua ini ? Membaca, mencari pengetahuan baru, berusaha mengerti adalah tuntutan agama (Islam, sebagai agama dan juga sebagai kewajiban untuk menuntut ilmu), maka membacalah dengan sepenuh hati dan jiwa, maka pengetahuan itu akan meresap dalam dalam dirimu, pertama di otak atau pikiran kita dan kemudian dalam hati ini. Lantas bagaimana dengan menulis ? Naah, menulis adalah salah satu penyaluran hasil membaca plus merupakan warisan yang tiada akan hilang bagi generasi berikutnya, cieee….tapi beneran looh, dengan menulis maka ‘hidup’ kita seolah abadi karena akan tersebar buah pemikiran kita, seremeh apapun itu jika boleh dikatakan bahwa pemikiran ada juga yang dianggap remeh (duuhh kok jadi kepikiran ngumpulin lagi arsip semua tulisan yang pernah kubuat ya ?). Dan satu hal lagi, dengan telah masuknya era digital di dunia ini maka jejak digital tulisan kita pun akan dengan mudah untuk ditemukan, dibaca, dan kemudian juga dikritisi. Tenaaangg, dikritisi artinya tulisan kita kemungkinan dinilai cukup berharga sehingga ada yang membaca dan meresapi apa yang kita tulis…beneran looh, seneng banget rasanya kalau ada mengomentari tulisan kita, contohnya tulisan-tulisan di blog ini yang kadang tanpa kutahu ternyata cukup menginspirasi, membuka kenangan lama atau bahkan mendorong pembaca untuk tahu lebih banyak lagi. Percayalah…

Jadi, selamat banyak membaca dan banyak menulis juga yaa 😉

Kabur bentar aaahh, karena ada pameran buku di JCC yang ngga boleh dilewatkan begitu saja !

Ciao !

Mampang Depok – 02102016

Duuhh, entah kenapa jadi tergelitik nulis tema ini. Gara-garanya sepele, ada rasa iri menelusup hati karena merasa…hmmm kok rasanya aku belum jadi apa-apa ya dibandingkan mereka yang masih muda tapi kaya’nya punya aktivitas keren dan dikenal masyarakat, baik lewat media massa mainstream, diliput TV, koran dan majalah, atau populer di media sosial, sementara aku kaya’nya biasa-biasa saja ? 😉 Nah, nah..pertanyaan ini mungkin ngga cuma menghinggapiku kan ? Pastinya banyak juga diantara teman-teman yang pernah punya perasaan seperti itu, padahal kita merasa sudah banyak melakukan banyak hal untuk keluarga, lingkungan dan bahkan bangsa atau negara ini baik langsung maupun tidak langsung !

Pede aja deh, coba ditelisik lebih jauh, apa aktivitas kita sehari-hari ? Jadi ibu rumah tangga ? Bukankah itu artinya Anda ikut mendidik calon-calon pemimpin negeri ini secara langsung, tanpa harus dicampurtangani oleh orang lain ? 🙂 Jadi pekerja kantoran ? Bukankah itu artinya Anda berkontribusi pada perputaran ekonomi negeri ini ? Jadi buruh ? Bukankah itu artinya Anda ikut membuat produk-produk yang nantinya akan dipakai dan digunakan oleh banyak orang ? Jadi apalagi, konsultan kaya’ saya ? Naahh, sebenarnya juga pengen cerita banyak siiihh…karena selama ini profesi ini berada di belakang layar, di balik gegap gempita kebijakan publik yang imbasnya untuk masyarakat banyak juga. Pengalaman bergaul dengan berbagai lapisan masyarakat dan juga beragam tingkat pemerintahan membuat aku jadi tahu bagaimana mesti menyikapi carut marut negeri ini (meski tetap masih punya harapan bahwa kondisi pasti akan membaik, insyaallah), tahu bagaimana permainan bagus atau curang para pejabat publik, mengenali apa perilaku yang baik yang harus ditularkan ke banyak orang, mana pejabat yang komit atau tidak, bahkan karena berlatar belakang jurnalistik (tapiiiii kenapa malas nulis di blog ya ? ihiyyyy, kebanyakan fesbukan sih !) jadi paham bagaimana melakukan investigasi alias menyelidiki beberapa isu tertentu dari yang sederhana hingga yang kompleks, plus menuliskan beberapa panduan pelaksanaan pemerintahan atau pengawasan yang akan dirujuk banyak orang ! Coba, mengapa sih masih berkecil hati juga ? Apa karena ngga diliput media ? Jadi berbuat sesuatu untuk keluarga atau negeri itu pamrihnya dikenal banyak orang toh ? Ah, istighfar…..

Itulah kawan, kadang kalau ngga menuliskan semua uneg-uneg itu jadinya ya begini ini…merasa sering ngga berguna padahal kita, peran apapun yang kita jalankan, asalkan dikerjakan dengan sungguh-sungguh pastinya akan berguna dan akan dicatat sebagai amal ibadah jika niatnya untuk melakukan yang terbaik diridhai Allah, amiin…. Cieeee, sudah ngga merasa gondok lagi kan ? 😉 Eh tapi…(masih tapi lagi), memang kadang harap dimaklumi kok perasaan kecil hati itu, namanya juga manusia yang tidak sempurna, ya ngga ? Berjuta pembenaran dan rasa syukur kadang masiiiihhh saja ngga ada puasnya, lantas bagaimana ? Naahh, balik lagi ke introspeksi diri, kenali diri lagi dan gali lagi pengalaman-pengalaman kita agar lebih bersyukur…masa’ sih masih belum bersyukur juga punya keluarga yang menyenangkan (meski masalah pastinya tetap ada looh yaa), sering bepergian (meski hanya pulang kampung misalnya, tetapi kan dalam perjalanan pasti mendapatkan pengalaman baruuuu), atau pernah punya pengalaman berkunjung ke luar negeri (jalan-jalan atau lebih lama lagi karena sekolah di luar Indonesia) ? Trus apalagi ? Bahkan punya kawan-kawan baik, meskipun di mata orang yang ngga begitu kenal dengan kita bahwa mereka biasa-biasa saja itu sudah cukup untuk membuat kita bersyukur, karena tidak semua orang dapat bergaul dan mampu berkawan dengan siapa saja…

So, gimana, sudah puas ? Alhamdulillah puaaasssss, sudah mengeluarkan uneg-uneg ini, lagian setelah kupikir-pikir meski ngga populer, ternyata diam-diam banyak yang mengagumiku karena selama ini sudah sering menginspirasi banyak orang ! Eitsss, jangan sombong yaa….hanya Allah yang berhak untuk itu karena Dia-lah yang Maha Segalanya 🙂

Medio menjelang kena deadline, menulis di samping suami yang tertidur nyenyak karena kelelahan begadang beberapa hari, uuuhhh…. 😉

Mampang Depok – 08062015

Ngga Produktif, Malas !

Keinginan nulis yang hangat-hangat tahi ayam itu kini menghinggapiku…eehh, ngga kini aja ding, udah agak lama, beberapa waktu lalu, dooohh !!! Entah kenapa (ungkapan yang ngga masuk akal) selalu begini, bercita-cita nulis dan posting di blog sendiri paling tidak seminggu sekali ternyata belum kunjung tercapai, uuuhhh penyebabnya apa coba kalau ngga malas ?

Tapi menyalahkan diri terus menerus memang ngga bagus juga siih…hanya saja pembenaran alasan karena sibuk kerja, ngurus ini itu, bepergian keluar kota, dll memang tidak bisa dijadikan alasan terus-terusan bukan ? Dan akibatnya pikiran dan perasan yang sedang ‘in’ itu pun terlewatkan, oww…. Coba deh kuingat-ingat, apa saja yang terjadi dalam hidupku sejak 9 februari 2015 lalu ? Gila, sudah dua bulan lebih ngga nulis blog !

By the way, anyway, busway…(ups, yang terakhir mah karena emang aku sering banget lewat jalur itu kalo naik bus TransJakarta kalo pulang pergi kantor setahun terakhir ini, dan akan segera berakhir mungkin…aah, bahkan aku lupa belum nulis tentang alat transportasi yang satu ini, bayangin !) sebenarnya mungkin hanya ada beberapa yang peristiwa istimewa siih yang pengen kubagi, hehe… Eh, tapinya padahal hal-hal biasa itu kadang juga jadi istimewa loohh, apa sajakah itu ?

Well, hari-hari yang kulalui selama dua bulan lebih ini memang kadang menyenangkan tapi kadang juga menyedihkan, meski sedihnya cuma sebentar 😉 Ah ya, aku jadi ingat bahwa bertemu keluarga yang jarak rumahnya kian jauh itu memang menyenangkan ! Bayangin, janjian ketemuan sama adik cowokku dan istrinya serta krucil bungsunya (sementara anak pertamanya lagi ikut Uti dan Akungnya di Ngawi selama sebulan) yang selama ini tinggal di Malang, sementara aku ada acara di Surabaya dan kupaksa-paksa mereka datang ke Surabaya rupanya sukses dan berhasil ! Yippi…apalagi sambil nengok salah satu Om yang bulan Januari lalu dipasang ring untuk jantungnya…jadilah si krucil yang lucu nggemesin itu jadi dolanan para orang dewasa yang mengelilinya, hihihi…

Melepas salah satu amanah karena mengemban amanah lain yang lebih penting juga merupakan salah satu hal yang membuatku lega, glek ! Lha gimana, karena memang selama ini belum banyak yang bisa kulakukan dengan amanah yang kudapat sejak tahun 2012 lalu itu karena aku tinggal di Jakarta sementara urusan administrasi kantor di Surabaya. Untunglah ada kakak kelas yang bersedia gabung jadi timku di Surabaya, sehingga tugas-tugas khususnya menyangkut administrasi dan keuangan sejak pertengahan tahun 2014 lalu dapat didelegasikan. Tetapi lepasnya amanah itu tidak membuat hari-hariku lebih ringan, cieeee….karena justru amanah baru menuntut lebih diriku agar konsentrasi amanah baru lebih kuat ! Nah, nah…ngurusin kantor lima biji itu ternyata ngga gampang, apalagi dengan sistem baru dimana para pengurus lembaga mesti lebih baik dari kepengurusan sebelumnya… Jadinya gitu deeh, rapat demi rapat mulai rutin dilakukan di berbagai kota dimana kantor berada (Bandung, Surabaya, Jogja, Tegal, dan Makassar plus Palopo tempat sebagian teman-teman menjalankan bisnis rumput laut yang bikin ngiler, slurrrpp) juga agar proyek-proyek yang sudah di depan mata dapat dijalankan dengan baik plus pengawasan pelaksanaannya harus lebih ketat agar kualitas pekerjaan tetap terjaga 🙂

Sementara itu urusan pribadi dan keluarga harus jadi prioritas juga. Uuhh, ternyata ngga mudah juga menyatukan visi dalam kehidupan dengan orang yang seumur hidup telah kita pilih jadi pasangan, hehe…bukan berarti berbeda banget siihh, tapi sebatas perbedaan pendapat sah-sah saja bukan ? Kalo sama terus kok rasanya ngga asyik ya ? 😉 jadi begitulaaahh, segala sesuatunya memang telah diatur seiring dengan makin terbukanya mata dan hati dalam menyikapi pola pikir dan pendapat pasangan 😀 Apalagi kami sudah melewati tahun pertama pernikahan, cieeee….semoga awet, rukun, bahagia hingga kaken-kaken dan ninen-ninen (ini doa ala Bapakku yang telah berhasil mempertahankan pernikahannya dengan almarhumah Ibuku selama 38 tahun !) amiin, ya rabbal alamiin…

Dan, sisi lain pula kerjaan pribadi (yang ini urusan pendapatan belanja rumah tangga) juga menuntut untuk segera dibereskan mengingat kontrak akan berakhir pada bulan April 2015, nah lo ! Menjadi konsultan yang sekaligus penghubung dua lembaga tempat sama-sama bekerja memang penuh romantika, mulai perbedaan birokrasi, publikasi, komunikasi, dll membuat akrobat tiap hari atau tiap saat selalu kulakukan, hihihi…tapi enjoy aja siih, soalnya sudah jadi pilihan hidup ! Gimana ngga nerima model kerjaan begini, lha wong emang sudah menetapkan hati untuk sulit nerima kerjaan tetap karena males absen yang harus tiap hari (kaya’nya masih sulit deh kalo kerjaan dilakukan di rumah), males membayangkan mesti berangkat pagi dan pulang sore dengan pola kerja yang hampir mirip tiap harinya (apa kata mertua ? hihihi), uuhhh maaf ya, sepertinya itu bukan diriku banget ! 🙂 Bahkan akhirnya lamaran iseng jadi birokrat di sebuah lembaga yang baru dibentuk dan sempat lolos beberapa tahap itupun kulepas, pas…karena eeehh kok ya ndilalah ijazah S1 dan S2 raib entah kemana (udah kuubek-ubek semua kardus dan nelpon bapak – adik bungsu yang di Ngawi yang ikutan nyari di semua almari di rumah dan tetap belum ketemu !). Yaahh, ini kesalahanku yang teledor nyimpan dokumen penting yang bahkan kata temanku ijazah itu ibarat perjuangan setengah urip (aha !), tapi mungkin juga ada takdir Tuhan yang ikut campur dalam hal ini, balik lagi ke prinsip yang ngga bisa kerja tertib di kantor tiap hari ! 😀

Begitulaahh, ternyata dari semua hal itu tetap keluarga yang paling penting. Suami dan kedua mertua (dimana kami masih menumpang di rumahnya sambil menjaga beliau yang sudah tua-tua itu) tetap harus diperhatikan, rasanya kok ya ngga pantas kalo tiap hari harus berangkat jam 5 pagi demi mengejar absen biar ngga telat trus pulangnya pastinya akan terjebak macet karena selalu pulang di jam yang sama dengan kantor-kantor lainnya…naah, pilihan jadi konsultan freelance rupanya selama ini mampu menjawabnya ! Suami juga enak, ngga mesti tiap hari nganterin hingga naik angkot yang jarak dengan rumah sekitar 30 menit (itu masih ditambah dengan naik Bus TransJakarta loh ya, yang total makan waktu antara Depok dan kantor di Jakarta Selatan selama 2 – 2,5 jam !), ngga mesti jemput kalo kemalaman pulang, bisa nyapu-nyapu rumah dulu sebelum berangkat (karena ngantornya bisa jam berapa saja tergantung kebutuhan, hehe…), kadang masih bisa becanda dengan suami di kasur pas orang-orang pada heboh berangkat ngantor pagi-pagi (asekkk !!) oohh juga bisa aja keluar kota untuk rapat lembaga atau nengok Bapak dan adik-adik plus jalan-jalan bareng suami keluar kota yang tidak harus selalu pas weekend (yang paling heboh ya bisa semobil rame-rame bersepuluh ke Batu Secret Zoo atau menikmati Bandung yang keren karena persiapan peringatan KAA ke-60 ! 🙂 Alhamdulillah, kata temanku menengok orang tua dapat membawa barokah, amiin….maka nikmat mana lagi yang engkau dustakan ?

Lalu, kenapa tulisan ini judulnya seperti itu ? Tak lain dan tak bukan karena rasanya hari ini aku ngga produktif alias malas melakukan sesuatu yang berguna ? Seperti apakah itu ? Yaaahh karena sebagai seorang konsultan dan analis plus penulis belum ada kerjaan nyata yang selesai hari ini, rasanya kok bermalas-malasan terus dan nonton film mulu ! Merasa bersalah ? Mungkin, tapi masalahnya ide tulisan harus direnungkan, dilamunkan (eeh bukan ombak loh ya !)…dan harus menyentuh filosofi dan substansinya, glek apaan pula iniihh ? Haha, sudahlah…rasanya aku sudah merasa lega sudah menuliskan semua ini, paling tidak hari ini aku berhasil nulis dan melawan kemalasanku nulis di blog ! Jadi, judul tulisan ini kurang tepat ? Mbuhlah, sak karep pembaca saja yang menyimpulkan, hihihi…itupun jika ada yang baca 😉

Depok – 24042015

Hujan Ohhh Hujaaaannn……

Apakah arti hujan bagimu ?

Berbagai berita bersliweran, hujan yang mengguyur Jabodetabek akan menyebabkan banjir hari ini, nah !

Berita di Metronews.com

Hujan yang mengguyur Depok dari semalam hingga pagi ini yang semakin menderas mengingatkanku pada pelbagai peristiwa seputar hujan di masa-masa sebelum hari ini… Ah ya, tentu banyak pula kenangan akan hujan, yang tentu tak akan terlupa, kisah sedih, romantis bahkan juga kisah persahabatan yang tak lekang oleh waktu pun kadang terangkai karena hujan, ahayy 🙂

Sekian bulan telah berlalu kala September menyapa hari, selaksa musim gugur yang indah dan kemudian berganti musim dingin seranai hujan yang menyapa hari-hari di awal tahun ini… Aku masih ingat kala bertemu teman baik di Freiburg dulu di kala hujan di siang bolong pada musim panas, angin yang bertiup kencang membuat payung kecil yang kubawa kebalik ke atas dan spontan temanku memelukku untuk berdua berjalan di bawah payung besarnya sambil bercakap-cakap tentang sepeda dan kekesalan yang dirasakannya setelah pindah rumah di Konstanz plus bayar tagihan yang hampir 100 Euro hanya gara-gara dia tak paham perjanjian dalam bahasa Jerman ! Oh…sungguh kasihan 😦 Tapiii….ada kalanya hujan menjadikan kami tertawa bersama kala bersama-sama sambil menertawakan kebodohan kami atas perjuangan meenmbus hujan di Berlin menuju Olympia Stadion untuk menonton pertunjukan seni tapi tak tahunya adalah pertunjukan sekte tertentu yang entah apa namanya hingga menarik hati banyak orang karena didatangi oleh komunitasnya dari berbagai penjuru dunia datang ke Jerman ! Walaaahhh….itu adalah kenangan tak terlupa setelah pertengkaran di loket karcis plus mengejar kereta yang membuat kami hampir tertinggal dan pintu S-Bahn mapir membuatku terluka, kekonyoloan yang entah kapan akan terulang lagi ;P

Hujan juga membuatku terus mengenang saat kebersamaan dengan suamiku, yang dulu saat belum menikah kami bermotor menembus hujan dari Depok menuju Jakarta plus ban motor bocor hingga harus nunggu di tukang tambal ban dalam keadaan kedinginan karena lupa belum membeli mantel hujan ! Atau saat kami sudah menikah, suamiku menjemputku di Halte Ragunan, nekad menembus hujan setelah pulang kantor karena kami berpikir kalo nunggu hujan reda pastilah jalanan macet dan akan lebih lama lagi pulang ke rumah 🙂 Ahhh, hujan memang kadang menguatkan ikatan sekaligus menganyam kenangan yang kelak mungkin tak akan pernah terlupa….

Musim memang terus berganti, seperti halnya saat usia berganti kala aku melewati usia 40 dan sudah berada dalam ikatan pernikahan, sama halnya saat meniup lilin di malam hari kala pergantian usia yang semakin mengurangi jatah kita hidup di dunia, bersama suami yang kini saat kutulis cerita ini sedang tidur nyenyak di sampingku 😉 Dan perjalanan hidup setelah melewati usia 40 tahun itu, kadang juga ditingkahi oleh hujanan pekerjaan, berkeliling Jawa dan Bali lagi seperti dulu, menembus pelbagai aspek kehidupan mereka yang mempunyai tekad untuk menjadi pengusaha kayu tanpa surut oleh berbagai masalah yang melingkupinya. Hari-hari yang penuh hujan juga membuatku tak gentar untuk menikmati hari-hari indah di Bali, Semarang, Wonosobo, Jogja, Solo dan Bandung berdua suami yang kadang ikutan bekerja bersama di kala libur sambil bekerja di luar kota bahkan kala menjelang akhir tahun yang kadang penerbangan padat di tengah cuaca yang tidak menentu. Hujan pula yang telah menguatkan tekad untuk menikmati hidup apa adanya seperti juga kala menembus belantara lokasi outbond milik salah satu teman di Ciapus yang setelah menikmati air terjun indahnya aku terpeleset jatuh dengan celana penuh lumpur toh akhirnya kami tertawa juga, hahaha….. Memakai sarung sepanjang perjalanan pulang menembus Bogor yang diguyur hujan deras, yang memang tak bisa dipungkiri pastinya akan membuat Jakarta yang posisinya rendah mengalami banjir karena derasnya hujan di dataran yang lebih tinggi.

Ah, tapi hujan juga membuat kita menikmati hari-hari indah bukan ? Karena cuacanya mendukung untuk tiduran dan bermalasan kala akhir minggu menyapa. Tapi, kadang aku tetap merasa bersalah kala hujan datang menderas begini, apa yang harus dilakukan oleh mereka yang tak berpunya rumah yang layak untuk dihuni, yang berada di bantaran kali dan harus bekerja setiap hari ? Namun aku yakin, Tuhan akan selalu menjaga mereka, para ummatnya yang papa…dan kita yang telah berpunya seyogyanya juga mengasihi dan tidak melupakan mereka.

Mampang – Depok, 09022015

Ada Apa Dengan September ?

hello September

Apa yang kamu pikirkan tentang September ? Apakah September hanya sekedar nama bulan dalam setahun penaggalan Masehi ? 😉 Yang jelas bagi saya September adalah awal keromantisan musim hujan, aaahh tapi mungkin ngga tepat juga sih karena kadang hujan sudah turun mulai Juli atau Agustus seperti tahun ini…atau mungkin kalau teringat saat masih tinggal di Jerman beberapa tahun lalu, September adalah awal musim gugur yang indah ! Hawa mulai dingin, dan daun – daun berubah warna menjadi kuning, merah, lembayung….aahh, aku selalu menyukai musim gugur, seiring rontoknya dedaunan berwarna-warni yang membuat jalanan menjadi semburat pelangi, deuuuhh sok romantis ! 😀

Salah satu tanggal yang penting yang kuingat adalah tanggal 7 September adalah salah satu hari di awal September yang menyisakan pilu bagi kita semua, meninggalnya Mas Munir di pesawat Garuda dalam perjalanan Jakarta – Amsterdam sepuluh tahun lalu 😦 Siapa tidak kenal almarhum ? Ya, dialah itu yang jadi pejuang mereka yang termarjinalkan, aku mengenalnya sejak di bangku kuliah kala sering diskusi dengan Mas Munir, Mas Dedi dkk di LBH Surabaya. Ahhh, berita sedih itu sampai karena aku dikabari salah seorang sahabat melalui telepon, dan karena belum marak dengan media sosial (meski saat itu sudah ada Friendster, ngacung siapa yang sempat punya akun di medsos ini !) maka sms-lah yang paling efisien dan cepat ! Maka ku-sms-lah beberapa kenalan yang punya pengaruh saat itu mengabarkan tentang meninggalnya Mas Munir, termasuk diantaranya Roy Suryo (ya, dia yang jadi Menpora sekarang ! Aku mengenal Mas Roy saat wawancara di rumahnya di Jogja kala PUPUK – Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil, lembagaku di Surabaya mengadakan penelitian tentang monopoli jaringan telepon oleh PT. Telkom). Tak lama kemudian Mas Roy mengontakku untuk memastikan bahwa berita itu benar (aku tak tahu apa Mas Roy kenal secara pribadi dengan Mas Munir, tapi sebagai tokoh yang berpengaruh di bidang telekomunikasi tentu dia punya kepedulian untuk menyebarkan secara lebih luas berita sedih itu), ketika aku bilang bahwa berita itu benar, Mas Roy pun menyatakan akan menyebarluaskannya, dan akhirnya memang berita mengejutkan ini segera menjadi booming seiring dengan berbagai spekulasi siapa dalang pembunuhan almarhum….

Munir1

Tapi, sepuluh tahun telah berlalu sejak 2004 silam dan sepertinya dalam pembunuhan itu masih gelap meski Polycarpus (sang pilot Garuda yang diduga terlibat pembunuhan) telah dihukum penjara bertahun-tahun. Publik tidak puas, pun Mbak Suciwati, yang hingga kini menanti keadilan tentang siapa pembunuh suaminya… Dan ternyata, pada tahun 2000 silan Mas Munir penah mendapat penghargaan ‘The Right Livelihood Award’ (RLA, atau lebih dikenal sebagai Hadial Nobel Alternatif), sebuah penghargaan bergengsi tanpa dikotak-kotakkan dengan kategori dimana calon diusulkan dan dinilai oleh panitia yang bekerja sangat efisien. RLA ini di kalangan para aktivis NGO adalah ajang untuk saling menguatkan, terbukti pada tahun 2010 lalu saat RLA telah berusia 30 tahun, panitia menyelenggarakan konferensi besar di Bonn yang dihadiri oleh seluruh pemenang termasuk Vandana Shiva, seorang tokoh lingkungan yang terkenal dari India dimana dia juga salah satu pemenang RLA. Pada saat itu, aku dan dua orang teman dari Indonesia terpilih bersama-sama dengan puluhan mahasiswa muda yang belajar di Jerman (kebetulan sebagian adalah penerima beasiswa DAAD) menjadi generasi muda penerus perjuangan para pemenang RLA tersebut. Di forum itulah aku berjumpa dengan Mbak Suciwati, yang hadir mewakili almarhum suaminya, sungguh luar biasa berjumpa dengan keluarga tokoh Indonesia yang bahkan saat di Indonesia pun kami ngga pernah bertemu 🙂

RLATapi tak apalah, yang penting kami kini mengerti bahwa perjuangan memang tidak boleh berhenti demi menegakkan keadilan. Ssstt termasuk dalam hal memakai hijab yang bagi muslimah menjadi kewajiban, dan sungguh ternyata pada bulan September ini pula, tepatnya tanggal 4 September, merupakan Hari Hijab Sedunia yang diperingati untuk menguatkan solidaritas bagi muslimah untuk menggunakan hijabnya dalam kehidupan sehari-hari, di berbagai belahan dunia. Dan aku termasuk beruntung karena selama perjalananku bertahun-tahun di negeri orang dimana kaum muslim adalah minoritas, mereka para kawan dan sahabatku sangat menghormati diriku, alhamdulillah….

hijabAhh, September….musim hujan di Indonesia akan segera datang dan kita wajib mensyukurinya bahwa anugerah yang Maha Kuasa ini akan menghidupkan tanah dan kesuburannya untuk dimanfaatkan oleh makhluk hidup di sekitarnya 🙂

PoinMasRaya8 – 04092014

Cinta Itu Akan Selalu Ada…..

laughHei, setelah mengarungi hidup baru bersama suami selama lima bulan rasanya memang lain 🙂 Alhamdulillah sejauh ini saya tidak salah memilih laki-laki yang insyaallah akan menjadi bapak anak-anak saya, amiin…. Kebutuhan akan tertawa bagi saya yang akan menjelang 40 tahun ini (eeh, kata teman alumni Al-Islam, umur saya menurut hitungan tahun hijriah sudah 41 tahun !) ternyata semakin membesar hehehe…. Bayangkan, tanggung jawab untuk menjalani hidup dengan ‘orang asing’ yang baru saya kenal beberapa bulan (hmmm sebenarnya sudah hampir setahun siih kenalannya, hihihi…) ternyata menuntut kesabaran yang luar biasa ; penyesuaian diri soal standar kebersihan, kedisiplinan, cara berkomunikasi dengan pihak lain, perbedaan pandangan bahkan estetika pun turut menjadi bunga atau duri yang harus dikompromikan ! Naaahh, tertawa lepas menjadi sesuatu kebutuhan yang sangat pokok kan ? 😉

Untungnya suami saya memang humoris, hal-hal yang menurut dia biasa aja ternyata bisa bikin saya ketawa ngakak bin nangis saking lucunya. Ada kalanya sesuatu gerakan konyol pun menjadi hiburan kala suntuk setelah seharian di kantor….ssstt, bagusnya lagi meski saya suka masak (tapi masaknya kalau di dapur sendiri ya !) suami saya ngga menuntut saya harus masak sendiri atas makanan yang akan kami santap. Lagian nih ya, tinggal (sementara) di rumah mertua dimana punya Mak (panggilan pada ibu mertua) gemar memasak (karena dulunya adalah penjual sate dan aneka sop) setiap hari (kecuali kalau sakit), sungguh anugerah yang luar biasa, alhamdulillah…. Ngga mau ah bersaing sama Mak yang jago masak itu, hihihi…apalagi kami sebenarnya juga lumayan sering sih makan di luar sambil berangkat ke kantor atau pulang kantor, atau sekedar hunting tempat makan baru khususnya di akhir pekan sambil sepeda motoran, seru kan ? Jadi, hidup bersama dalam sebuah pernikahan ini insyaallah akan terus dibuat asik begini, ngga perlu ada beban berlebihan meski kadang ada pertengkaran juga kecil-kecilan, yang rasanya kalo mulus-mulus aja dan ngga pake berantem itu ngga seru ya ? 😉

Yaah, beginilah jadinya…tinggal menunggu Allah memberi kepercayaan berupa buah hati, soalnya semuanya sudah lumayan beres semampu apa yang kami bisa ; mulai dulu saat abis nikah syukuran di Solo dan ngumpul sama teman-teman SMA, syukuran di lingkungan saya tinggal sebelumnya di Rusun Tanah Abang, syukuran di rumah mertua sambil ngurusin Bapak, adik, tante dan keponakan datang ke Jakarta, syukuran dengan teman-teman di Jakarta…syukuran apalagi ya ? Hihihi, abisnya pada protes kalo ngga ada ngumpul-ngumpul bareng ! 😀 Pindahan dari Jakarta ke Depok pun lancar, meski barang banyak yang ditinggal dan diberikan ke yang membutuhkan, ngutak-utik pernak-pernik agar lebih efisien dipajang (abisnya ‘kekuasaan’ pengaturan sepenuhnya dari 36m persegi berubah hanya menjadi 10m persegi) meskipun rumah mertua memanjang dan dan cukup luas ternyata membutuhkan otak yang berputar juga, hahahaha…. It’s OK, yang penting tetep punya wilayah kekuasaan yang sepenuhnya saya yang ngatur, dan homy juga loooh ternyata, apalagi jendela kamar lumayan lebar….yang anehnya dengan full wi-fi belum mampu juga membuat saya rajin ngeblog, duerrrrr !!! Nah, nah, naahh….excuse-nya (ups !) kerjaan jadi tambah lancar tanpa khawatir terbengkalai karena alasan jaringan internet ngga ada kaya’ dulu, alhamdulillah. Yap, soalnya suami saya emang orang IT yang harus selalu terkoneksi dengan internet, dimana sepertinya saya jadi istri kedua setiap malam dibanding laptopnya, hahaha…. Ngga apa kok, yang penting kan tidak harus malam hari berduaannya, cieeeee 😀

Dalam kurun waktu sekian bulan kami pun mengalami banyak hal, semisal jalan-jalan ke Malang yang perjalanannya bikin bete karena penerbangan delay (ngga kira-kira pula lamanya !) hingga agak kleleran di bandara, memutuskan membeli mobil untuk keperluan keluarga meski suami lebih suka naik motor kemana-mana dan saya lebih suka naik angkot dan bus kalo ke kantor (males nyetir sendiri karena ngga kuat macetnya cing !), menghadapi situasi dimana saya harus mulai belajar ngurusin mobil yang bemper belakang penyok karena mundur tak teratur dan nabrak pohon (huaaaa, untung ada asuransi !), sampai mengalami Ramadhan pertama dalam sebuah ikatan pernikahan (sahur dan bukanya tetep dimasakin Mak-lah, saya kebagian nyiapin yang kecil-kecil saja, hihihi), mudik bareng mulai naik taxi – pesawat – kereta – becak – bus dan bentor hingga pulang ke rumah, bahkan sampai jalan-jalan keliling Jogja pas mau balik ke Jakarta, eh Depok dan memutuskan jalan-jalan naik motor menyusuri Cibinong – Bogor – Ciawi – Cisarua – Puncak – Cipanas pp dalam waktu sembilan jam ! Ampuuunn, tapi Allah Maha pengasih dan Penyayang, kami selamat menjalani semua itu, bahkan selamat tidak berdebat sampe babak belur karena ternyata kami sama pilihannya saat pilpres (loohhh !) hahahaha….pokoknya peace ah, hingga berpetualang bareng puasa-puasa kehausan ditengah Konser Salam Dua Jari 😀

Begitulah sobat, hingga lima bulan ini, cinta kami tetap membara (aaaah, banyak orang bilang.’Ya iyalah, kan pengantin baru !’) … eeh, jangan salah ya banyak yang sudah bosan dengan suami/istrinya padahal barusan nikah karena mungkin pacaran kelamaan atau kebanyaan kerjaan, haha…jangan sampai terjadi deh, dan saya sendiri meski masih punya seabrek kegiatan, urusan kerjaan tetep nomor dua, kalau malas ke kantor atau kerjaan bisa dilakukan di rumah mengapa tidak ? Kecuali kalau ada pertemuan dan urusan turun lapangan dan sebagainya baru deh berusaha ke kantor atau ngurusi kerjaan, kalau ngga ada yaaah target harus dipenuhin laah ya, dimanapun saya berada dan sering-seringnya sih di rumah 😀

So, selama cinta selalu ada, maka kita akan baik-baik saja untuk menyongsong hidup yang lebih baik dalam lindunganNya, amiin…

PoinMasRaya8 – 03092014

happy family

Semua akan indah pada waktunya….ah, memang kata-kata itu benar adanya. Persahabatan dengan banyak teman, baik laki-laki dan perempuan dari berbagai bangsa, suku bangsa dan agama yang selama ini kualami ternyata tidak menyurutkan seseorang yang benar-benar menginginkanku menjadi istrinya untuk melamarku dan menikahiku pada 23 Maret 2014 lalu, dia dengan mantap hati tanpa dan yakin mampu membahagiakanku meski mungkin ada beberapa perbedaan diantara kami : cara berkomunikasi, pertemanan, dll….tentu saja alhamdulillah, kami sekeluarga berbahagia dengan pernikahan ini 🙂

Suamiku mungkin di mata banyak orang tidaklah sehebat sahabat-sahabatku yang pernah dekat denganku dan banyak yang menyangka salah satu dari mereka akan menjadi pasanganku, padahal mereka memang benar-benar menyayangiku sebagai sahabat dan seperti saudara 🙂 Begitulaaah adanya…tantangan baru pun makin membentang seiring dengan berbagai agenda pekerjaan, tugas dan mimpi-mimpi membangun keluarga yang bahagia, sakinah mawaddah wa rahmah…semoga semuanya terwujud, amiin.

Dan, rasanya memang tak lengkap jika dalam meniti hidup yang nantinya penuh tantangan ini kami tidak meresapi doa dan pengharapan yang diberikan, tidak hanya berasal dari keluarga, teman-teman, tetapi juga pada semesta yang telah menyaksikan kebahagiaan kami yang semoga abadi, amiin.

Seminggu setelah pernikahan kami, kami diundang dalam resepsi pernikahan putri Datu Luwu Ke-40 yang merupakan suatu kehormatan bagi kami karena menghadiri perayaan pernikahan yang penuh kebahagiaan sebagaimana yang sedang kami rasakan, apalagi Kerajaan Luwu adalah salah satu kerajaan tertua di Indonesia yang mempunyai sejarah yang luar biasa dan dituliskan dalam naskah I La Galigo yang sangat terkenal itu. Prosesi adat pernikahan itu yang menyertakan tarian penuh makna dan filosofi tentang pemimpin serta bagaimana berhubungan dengan masyarakat itu ada dalam link berikut ini, yang semoga dapat menjadi bagian dari upaya untuk melestarikan budaya bangsa Indonesia tercinta yang kita tak mau hilang begitu saja 🙂

Akhir kata, terima kasih atas doa-doa yang disampaikan kepada kami, dan mari kita berbahagia bersama-sama 🙂

Depok – 03042014